ICW soroti emansipasi dan peningkatan peran perempuan Indonesia

ICW soroti emansipasi dan peningkatan peran perempuan Indonesia

Jakarta – Dewan Perempuan Internasional (International Council of Women/ICW). Menyoroti emansipasi dan peningkatan peran perempuan Indonesia. Menjelang Hari Kartini, yang diperingati setiap tanggal 21 April.

Wakil Ketua ICW, Giwo Rubianto Wiyogo, mengungkapkan bahwa pemikiran Raden Ajeng (RA) Kartini dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” berfokus pada upaya mencapai emansipasi dan kesetaraan bagi perempuan.

“Semangat ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ kini telah terwujud dalam berbagai bentuk. Perempuan Indonesia telah menunjukkan kemampuannya di banyak profesi dan bidang ilmu,” kata Giwo dalam keterangan persnya EPICTOTO di Jakarta, Minggu.

Dia menjelaskan bahwa catatan-catatan RA Kartini telah memotivasi banyak perempuan untuk mengembangkan potensi mereka dan mencapai prestasi di banyak bidang.

Sebagai contoh, Giwo mengutip statistik tahun 2024 yang menunjukkan bahwa perempuan di Sulawesi Utara, rata-rata, menyelesaikan pendidikan selama 9,85 tahun, lebih lama dibandingkan dengan laki-laki yang rata-ratanya 9,7 tahun.

Sementara itu, di wilayah Sumatera Barat, perempuan rata-rata menempuh pendidikan selama 9,3 tahun, yang juga lebih lama dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 9,2 tahun.

Selain itu, data pemerintah menunjukkan bahwa sekitar 70 persen dari seluruh guru di Indonesia adalah perempuan, yang menunjukkan kontribusi besar perempuan dalam mendidik dan membentuk karakter generasi penerus bangsa.

Giwo juga mengemukakan bahwa peran perempuan dalam bidang ekonomi telah meningkat secara signifikan.

Banyak perempuan yang berhasil memimpin dan mengembangkan usaha ekonomi mereka.

Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menunjukkan bahwa sekitar 64 juta dari total 65 juta usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia adalah usaha mikro, dan sekitar 60 persen di antaranya dikelola oleh perempuan.

“Ini menunjukkan betapa perempuan menjadi tulang punggung perekonomian,” kata Giwo, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera.

Namun, Giwo menyatakan bahwa perjuangan untuk memenuhi hak-hak perempuan masih berlanjut.

Hingga kini, masih terdapat perempuan yang mengalami diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan.

Masih banyak juga perempuan yang belum dapat mengakses layanan pendidikan, kesehatan, serta layanan dasar lainnya.

Giwo mendorong perempuan untuk terus berjuang menghadapi hambatan dan tantangan yang ada.

“Jadilah perempuan yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga bertindak, tidak hanya bertanya, tetapi juga menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

“Perempuan Indonesia harus terus bergerak maju, menerobos batas-batas lama, dan menciptakan ruang-ruang baru yang setara, inklusif, dan penuh harapan,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan bahwa selain RA Kartini, Indonesia memiliki total 16 perempuan pahlawan nasional yang perjuangannya telah menginspirasi banyak orang.

Perempuan pahlawan tersebut meliputi Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Maria Walanda Maramis, Fatmawati, Roehana Koeddoes, Malahayati, Opu Daeng Risaju, Andi Depu, Ratu Kalinyamat, Siti Hartinah, dan Siti Walidah.